Minggu, 01 Februari 2015

sekelumit perjalanan menuju Universitas Islam Madinah..


Gerbang Universitas Islam Madinah
Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini aku ingin berbagi cerita ketika mendaftar ke al jami'ah al islamiyyah bil madinah al munawwarah (Universitas islam madinah). Belajar di kota nabi merupakan impianku sejak duduk dibangku SMA kelas 1, saat itu keinginanku sangat menggebu-gebu. Siapa juga yang nggak mau belajar di Kota Nabi muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota madinah. Waktu itu aku sering sekali cari info tentang kuliah di Universitas islam madinah (UIM), mulai dari browsing di internet, tanya2 alumni UIM, dll. Ya namanya juga cita2 pasti kita harus rela mati-matian untuk mengejarnya.
O ya, aku juga sering menuliskan cita2ku di buku atau dikertas yg kutempelkan di didinding kamar. Untuk apa ?? ya biar nggak lupalah. Karena klo kita punya cita2 tp nggak ditulis, apa kita akan terus mengingatnya?? Mungkin iya, mungkin tdk. Tapi biasanya kita akan cepet lupa. Walaupun itu terlihat sepele, tp yakinlah cita2 yg kita tulis itu akan terus kita ingat. Klo kita selalu ingat, pasti kita akan berusaha utk mewujudkannya. Insya Allah.
Singkat cerita, ketika aku pengen kuliah di UIM, tentunya aku bkn hanya mengandalkan satu tempat saja. Artinya, kita jg hrs punya siasat2 lain saat daftar UIM. Ketika daftar UIM kita jg harus (orang bilang) plan A, plan B dst. Kitakan tdk tau, manakah yg terbaik untuk kita. Yang tau hanyalah Allah semata, kita hanya disuruh berusaha dan berdoa. Adapun hasilnya itu ditangan Allah Ta’ala. 

Jadi, ketika daftar UIM aku punya opsi2 lain. Seperti daftar di LIPIA Jakarta, dan di ma’had aly ar raayah Sukabumi, Jawa Barat. Aku rasa ini sebagai bentuk ikhtiar. Kita harus yakin bisa kuliah di Universitas islam madinah, tp bukan berarti keyakinan kita menjadikan kita lupa untuk terus berupaya klo sekiranya terjadi hal2 yg tidak diinginkan.


LIPIA
Ar raayah


 Atau ??





Setelah daftar secara online di Universitas islam madinah, aku lanjutkan mendaftar di LIPIA dan Ma’had aly ar raayah. Tentunya semua ini aku lalui tdk semudah membalikkan kedua telapak tangan. Berbagai proses yg njlimet pas ada, cari SKCK lah, bolak balik ke kantor polisi, cari surat keterangan sehat dari dokter, cari tazkiyah, buat paspor yg antrinya masya Allah, dan masih banyak lagi cerita2 yang klo diingat aku akan membuatku tertawa bahagia. Karena akhirnya aku berhasil melewati secuil dari ujian yg akan aku hadapi di dunia ini.
Tanggal 27 juni 2011 tepatnya pukul 23:39:45, Hpku berbunyi pertanda ada SMS. Saat kubaca SMS itu jantungku berdetak sangat kencang, lalu kuucapkan ‘ alhamdulillah’. Aku diterima di ma’had ar raayah sungguh senangnya waktu itu. Isi SMS itu “ antm dxtkn lulus sbgi mahsntri ma’had arraayah.dhrp kbradaanx dma’had pd tgl 17 juli.sykran(PPMBA MA’HAD ARRAAYAH) “.
Ketika aku sdh diterima di ar raayah, aku masih berharap untuk bisa ikut muqabalah penerimaan calon mahasiswa Universitas islam madinah.  

Ponpes Gontor
Alhamdulillah, setelah lama menunggu muqabalah Universitas islam madinah datang juga kabar yg menggembirakan. Waktu itu bulan juli tahun 2011, diadakan muqabalah penerimaan calon mahasiswa Universitas islam madinah di ma’had darunnajah jaksel dan di ponpes gontor. Akhirnya akupun menyiapkan diri untuk mengikuti muqabalah itu.
Banyak cerita yg kami alami  ketika ingin ikut muqabalah, waktu itu aku diantar ayah dan ibu dan kedua saudaraku. Mulai dari tersesat saat mencari ponpes gontor, karena kita memang tdk tau tempatnya. Ketika kami sampai di ponpes gontor, waktu itu kira2 pukul 2 / 3 dini hari. Kamipun beristirahat sembari menuggu subuh.
Aku dapat info klo dauroh dan muqabalah akan diadakan selama kurang lebih 2 pekan. Dan ujian lisan atau muqabalahnya hanya akan diadakan di hari-hari terakhir. Waduh, padahal aku ingin ikut muqabalahnya di hari pertama saat pembukaan. Karena tanggal 17 juli aku harus sudah sampai di ma’had ar raayah. Akupun dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit, pilih ar raayah yg sudah pasti diterima atau tetap di gontor untuk mengikuti muqabalah Universitas islam madinah  yg akan diadakan kira2 stlh tgl 17 juli ?. Allahul musta’an. Setelah tau klo muqabalah baru akan diadakan setelah tanggal 17 juli, aku tanya ke panitia penyelenggara acara ini, apa bisa ikut muqabalah di hari ini?. Setelah panitia menanyakan ke syaikh dari UIM, aku di kasih tau kalau muqabalah hanya akan diadakan di akhir2 acara. O gitu ya. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Setelah tau kenyataannya seperti ini, aku bermusyawarah sama ayah ibu. Ya, menurutku inilah cara terbaik setelah kita berdoa dan menggantungkan urusan kita kepada Allah ta’ala.  Okelah, kami sepakat untuk pulang saja, mungkin ini belum rizkiku. Pada hari itu juga kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah di Jogja.    
Bukan berarti klo aku blm bisa ikut muqabalah th ini (2011) aku tidak akan mencoba lagi untuk mendaftar di Universitas islam madinah. Kita tidak boleh putus asa, ngapain putus asa. Lha wong rahmat Allah itukan luas? Rugi no kalo kita putus asa. Tapi jadikanlah kegagalan ini sebagai sebuah langkah awal untuk menggapai cita2mu yg telah kau tuliskan.
Sesampainya di rumah, aku tidak boleh kecewa berat hanya karena blm bisa ikut muqabalah. Tapi aku harus menyiapkan masa depanku di ma’had aly ar raayah sukabumi.
Tentu segala ketetapan Allah itu pasti ada hikmahnya. Ketika aku blm bisa ikut muqabalah pada saat itu, aku sadar klo aku blm bisa berbahasa arab dengan baik. Aku blm punya banyak hafalan quran maupun hadits. Mungkin ketika aku gagal ikut muqabalah, akan tetapi diterima di ar raayah, inilah yang terbaik dari Allah. Allah menginginkanku sblm kuliah di Universitas islam madinah untuk belajar dulu bahasa arab, menembah hafalan quran, belajar ilmu2 islam terlebih dahulu. Wallahu a’lam.
2 tahun kemudian...
Alhamdulillah, kurang lebih 2 tahun kulalui kehidupanku  di ma’had tercinta, di sebuah lembah nan subur. Di ma’had ar raayah aku menempa hidup. Setelah aku lulus, aku memang ingin kembali meraih cita2ku yang telah rela kupendam selama 2 tahun di ar raayah. Dan syukur alhamdulillah, pada tahun 2013 Allah memperkenankanku dan beberapa teman2 ar raayah (kira2 waktu itu kita berjumlah 30 orang) untuk ikut muqabalah di ponpes darunnajah Jakarta Selatan. 

Ponpes Darunnajah

Di darunnajah..
Ada sedikit cerita ketika di darunnajah. Lagi-lagi nggak semua cita2 itu akan kita raih dengan mudah. Tetapi pasti kita akan menemui aral yang melintang. Tinggal bagaimana aja kita menyikapinya dengan bijak. Ada banyak hal terjadi di darunnajah, mulai dari kabar klo kita blm tentu bisa ikut muqabalah krn peserta yg membludak (sekitar 700 peserta atau lebih), tidur dimasjid beralaskan koran dg banyaknya nyamuk2 kelaparan. Tapi alhamdulillah semua itu kita lalui dg izin dan taufiq dari Allah.

Cerita saat muqabalah...
Penguji saat itu ada 3 klo nggak salah, syaikh ‘adil, syaikh rabah, dan syaikh ghazi. Kebetulan aku diuji oleh syaikh ghazi, yg kata peserta lain beliau itu “kyaknya” serem (tentunya ini hanya penilaian sebagian teman aja, adapun sebenarnya beliau itu ramah ‘ husnudzan’). Waduh, saat memasuki ruangan ujian aku terus mengingat omongan temen2 klo syaikh ghazi itu serem. Tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. Bismillah, akupun duduk di depan beliau. Ada beberapa pertanyaan ketika itu, aku ditanya asal ma’had, pengen masuk kuliah apa, hafal berapa juz, suruh baca surat yg dihafal, pertanyaan seputar mufradat. Kemudian syaikh ghazi mengakhiri muqabalah ini dg senyuman kecil, akupun membalasnya dengan harapan diterima di Universitas islam madinah. Ya inilah sekelumit kisah waktu muqabalah tahun 2013 lalu, pastinya ada kisah2 lain yang lebih seru. Tetapi semoga ini bisa bermanfaat.
Menunggu pengumuman kelulusan..
Perlu diketahui juga, biasanya pengumuman kelulusan Universitas islam madinah setahun kemudian setelah kita ikut muqabalah. Ya, lagi2 ini adalah ujian kesabaran untuk kita. Apakah kita bisa sabar untuk menunggu, atau kita malah putus asa ditengah jalan??
Pengumuman..
Setelah lama menunggu kira2 selama 1 tahun lebih 3 bulan, akhirnya pengumuman kelulusan Universitas islam madinah keluar. Inilah saat2 yang sangat dinanti-nantikan.
Tanggal 9 september 2014 sore hari, aku dikejutkan temanku. Temanku dengan tergesa-gesa mengampiriku seraya berkata: “ usykurillah!” (bersyukurlah kepada Allah). Ketika itu aka malah tambah bingung, ini kenapa dateng2, terburu2, trus ngomong seperti ini?. Akupun menjawab dengan nada kebingungan : “ limadza? (“kenapa?). Temanku menimpali: “ anta maqbul ”  (kamu diterima). Aku malah tambah bingung. Aku katakan: “ aina? “  (dimana?). Dia menjawab: “ fil jami’ah al islamiyyah” (Universitas islam madinah) . Aku katakan lagi: “ shahih”? (benarkah?). Temanku menjawab: “ na’am” (ya). Alhamdulillah, seketika itu juga aku langsung tersungkur sujud syukur kepada Allah. Aku tidak bisa menggambarkan kegembiraanku ketika aku tau kalau aku diterima di Universitas islam madinah setelah kurang lebih 6 tahun (semenjak SMA kelas 1) aku menginginkan kuliah disana. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.  
Inilah secuil kisah yang ku lalui selama bercita2 kuliah di Universitas islam madinah, hambatan2 yang pernah kulalui. Tetapi alhamdulillah itu semua terbayar dengan diterima di Universitas islam madinah. Wallahu a’lam.   

                                      Masjid Nabawi, Subhanallah                                               
  

5 komentar:

  1. Sy siswi kelas 10 yg insyaallah ingin kuliah di Lipia/Arrayah nantinya(Aamiin). Tp jujur sy kadang ragu karna sy dr MAN yg tdk terlalu Wah sekali. Sy jg blm hafal hingga 5 juz, dan bhs arab sy jg tdk trll baik namun skrg sdg istiqomah bljr mahwu shorof tahap awal. Kira2 ada peluang? Karena sy cukup ragu, sangat malah. Lalu, Utk pndftrn di Lipia dan sekelumit tesnya alhamdulillah sy sdh tau, tp bagaimana tes di arrayah? Sy blm menemukannya di website resminya.

    Sekiranya antum berkenan membantu , Terimakasih .

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum.

    sy tlh lulus dr smkn , sy lulus th 2015, sy ingin melanjutkan di UIM madinah, apa sy harus mendaftar diponpes terlebih dahulu ? syarat berbahasa arab,hafal Al.quran dan apa saat muqabalahnya harus berbahasa arab ?

    Mohon bantuan antum untuk menjawab.

    Trimakasih.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak mesti harus bisa bahasa Arab akh, kalo antum bisa bhs Inggris dicoba aja tapi dengan syarat syekhnya juga bisa berbahasa Inggris, pengalaman ada beberapa orang yg keterima di UIM pas muqobalah nya di menggunakan bahasa Inggris

      Hapus